Sampit - ini cerita seorang warga belajar (siswa) Sekolah Paket ABC PKBM Harati. Cerita tentang perjuangannya dan prosesnya dalam belajar. Langsung saja kita mulai ceritanya.

Cerita ini dimulai dari suatu malam yang tenang dan cerah, dengan hiasan lampu neon yang terang benderang, kami bekerja siang dan malam membaktikan diri ikut mencerdaskan anak bangsa melalui sekolah paket ABC PKBM Harati.

Malam itu, kami tiba-tiba kedatangan tamu tak diundang dan datang tak diantar. Dengan paras kurus rendah, muka penuh semangat dan malu-malu. Sosok orang tua dengan jaket motor nya dan celana trainningnya, beliau datang ke kantor sekretariat kami untuk mendaftarkan diri, untuk belajar kembali di sekolah paket. "Ulun handak umpat belajar pak, boleh lah? Ulun setiap malam meantar anak ulun yang umpat belajar di paket B, jar anak ulun, kayak ulun nie kawa ja lagi umpat belajar, ulun baya lulusan smp ja bahari, daripada ulun baya meantar, baik ulun umpat belajar, kawa ja lah pak?" (Saya mau ikut belajar pak, boleh apa tidak? Saya mengantar anak saya setiap malam ikut belajar di paket B, kata anak saya, seperti saya ini bisa saja ikut belajar juga, saya dulu cuma lulusan smp, daripada saya cuma mengantar anak, lebih baik saya ikut belajar, bisa ya pak?)...tutur beliau dengan penuh harap n malu.
Kamipun menjelaskan bahwa sekolah paket ABC tidak membeda-bedakan usia, agama, suku, ras dan golongan. Syarat utama ikut cuma satu, mau kembali belajar. Apapun alasannya dulu, apapun masalahnya dulu, apapun kejadiannya dulu, kalo sekarang mau kembali belajar dan mau memperbaiki diri dan masa depan dengan belajar, maka PKBM Harati akan menerima. Syarat-syarat administratif lainnya bisa menyusul dan beliau bisa langsung ikut masuk kelas belajar.

Begitu senangnya beliau mendengar itu, dan begitu bahagia nya kami menyaksikan bukti semangat dan kebermanfaatan sekolah paket bagi masyarakat. Seolah-olah beliau mau menunjukkan bukti ke kami bahwa beliau bersungguh-sungguh ingin lebih baik kedepannya. Motivasi beliau menggugah hati nurani kami bahwa betapa pendidikan di masyarakat sangat penting keberadaannya. Semangat kami pun bergelora oleh karena seorang tua penuh semangat yang datang pada malam itu.

Ya...beliaulah Pak Ahmad Nunci, pak nunci, begitu biasa kami memanggil beliau. Orang tua penuh semangat yang berasal dari desa Belanti, sekitar 20km dari ibukota kabupaten kotim, kota sampit. Seorang single father, single fighter, yang membesarkan dua orang anak nya dengan bekerja sebagai salah seorang marbot masjid di komplek Polairud di desa belanti.
Pak Nunci yang awalnya cuma mengantarkan anaknya yang juga ikut berlajar di PKBM harati paket B, biasa duduk diluar kelas dengan penuh perhatian, sepanjang malam-malam jadwal belajar, beliau selalu menemani anaknya untuk kembali belajar, walaupun jarak yang ditempuh dari desa belanti ke tempat belajar cukup jauh sekitar 30 menit, dimalam hari. Tapi semangat beliau tak pernah padam tuk menyekolahkan anaknya. 
Malam ke malam, beliau ternyata tertarik sekali tuk ikut juga belajar, dengan cuma lulusan smp, beliau memberanikan diri tuk ikut serta belajar, karena beliau tahu bahwa sekolah paket dapat menerima masyarakat tuk kembali belajar tanpa batasan usia, jarak dan kesibukan.
Jadilah sekarang beliau salah satu warga belajar pkbm harati yang sangat rajin, bahkan boleh dibilang 'man of the match' diangkatannya, amang nunci, begitulah para anak-anak muda di PKBM Harati menyapa beliau, tanpa memandang usia, mereka bermain bersama, belajar bersama, bergaul bersama, bercanda ria bersama dalam lingkungan sekolah untuk tujuan kembali belajar dan menyongsong masa depan yang lebih baik.
Ternyata, kekeluargaan muncul dalam suatu kebersamaan, begitulah hal yang bisa digambarkan, pak nunci dan anaknya dan warga belajar lainnya di PKBM Harati semangat untuk kembali belajar meraih cita-cita. Tapi....

Tunggu episode cerita selanjutnya...